Sabtu, 04 Oktober 2014

Cerpen

tamrenhasibuan.blogspot.com



“KEHIDUPAN”
Hari mulai sore ketika truk pengangkut beras datang menghampiri gudang di sebelah timur pojok rumah pak lurah. Sambil membawa alat perlengkapannya, Marni bergegas menuju gudang beras untuk mengais rejeki yang sulit untuk dikembangkan. Tanpa rasa malu dan canggung, Marni mengutip beras yang berserakan akibat jatuh pada saat beras diturunkan dari truk pengangkut itu. Marni yang hanya seorang janda yang ditinggalkan suaminya sejak 8 tahun yang lalu karena meninngal akibat kemiskinan yang melilit keluarga yang sengsara itu. Akibat tuntutan dari keluarga yang semakin sulit terpenuhi, ditambah lagi suami yang telah tiada dan anak yang, memaksa Marni  harus memutar otak lebih keras. Dengan latar belakang pendidikan yang hanya lulus Sekolah Dasar (SD), dan keterampilan dan kreativitas yang tidak dimiliki Marni, membuatnya sulit mencari pekerjaan yang lebih layak daripada menjadi seorang penhutip beras bekas yang hasilnya hanya cukup makan sehari dan bahkan tidak sama sekali. Dengan usia berkepala empat, dan beban yang besar di pundak yang kian lama kian lemah, membuat Marni hanya bias bekerja sebagai pengutip beras untuk kecukupan keluarganya di rumah.
***
Beras bercampur pasir, mungkin kata itulah yang keluar dari mulut ketika kita melihat beras hasil kutipan Marni selama ini. Setelah beras yang ada dilantai gudang telah habis, Marni bergegas pulang ke istana kecilnya yang tidak layak jika disebut rumah. Sambil memikul beras dan alat yang dibawanya tampak di depan rumahnya berdiri tiga orang anak yang masih kecil, dengan badan yang kotor serta ingus yang terlihat naik turun dari hidung yang memang tidak mancung. Dengan rasa kecewa akan hasil beras yang tidak begitu banyak didapat hari ini, dan rasa letih yang berlebihan akibat berjalan seharian menyusuri gudang. Sambil membuka karung goni, Marni menyuruh Lukman mengambil penampi yang tergantung di dinding yang terbuat dari anyaman bambu yang selama 3 tahun tidak diganti setelah 3 tahun yang lalu diganti dari uang hasil sumbangan warga ketika suaminya meninggal. Dengan sinar lampu yang remang-remang dan mata yang rabun, Marni dengan sabar memisahkan debu dan pasir yang menempel menjadi satu dengan beras. Perasaan was-was datang jika nanti banyak penyakit berdatangan yang menyerang tubuh anaknya yang belum pernah mengonsumsi hal-hal yang ekstrem seperti beras bercampur pasir. Namun apa mau dikata, keadaan yang membuat mereka harus begitu. Marni tinggal bersama ketiga orang anaknya Lukman, Sardi, dan Lisa. Lukman berumur 13 tahun, remaja yang seharusnya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tetapi kini hanya bias berdiam diri dan membantu ibunya yang sudah tua. Sementara Sardi, dan Lisa mereka berumur 7 tahun dan 4 tahun yang kesehariannya hanya tahu makan dan makan tanpa ingin tahu dari mana datang makanan yang mereka konsumsi selama. Memang hidup yang serba sederhana bahkan jauh dari kata sederhana membuat kita ingin cepat untuk mengakhiri sisa hidup di dunia yang pana ini.

***
Siang itu, Marni dan ketiga anaknya sedang beristirahat sambil duduk-duduk di teras yang beralaskan tanah liat yang berwarna kuning kecoklat-coklatan.
“Bu, lapar bu.” Itulah kata yang terucap dengan spontan dari mulut Sardi anaknya yang memang dari pagi belum perutnya belum terisi sesuap nasi pengganjal perut yang memang menggelisahkan pikiran.
“Sabar nak, sabar. Sebentar lagi kita akan makan.”
“Tapi bu, aku sudah lapar bu.”
“Baiklah, ibu pergi dulu untuk mengambil beras di gudang beras desa.” Sambil masuk ke dalam rumah mengambil peralatan yang sudah tidak asing lagi.
Tidak beberapa lama, Marni keluar dan langsung bergegas dngan berjalan kaki menuju gudang beras yang menurutnya gudang kehidupan, lebih tepatnya gudang untuk melanjutkan proses kehidupannya dan ketiga anaknya yang menggantungkan kehidupan kepundak ibu sekaligus janda yang ditinggal suami. Dengan langkah yang tergesa-gesa, terselip harapan yang besar agar hasil yang didapat pada hari ini akan lebih besar dan memiliki berkah.
Perasaan was-was bercampur harapan yang besar membuatnya ragu apakah dia bias memenuhi kebutuhan perut anaknya di rumah. Sesampainya di tujuan tampak truk pengangkut beras telah berdatangan ke gudang disertai para pekerja pembongkar beras. Marni bergegas mengeluarkan alat-alat untuk mengutip beras.
“Lagi apa bu ?” suara dengan nada datar seketika mengagetkannya. Seketika itu juga Marni menoleh kearah suara yang bertanya kepadanya.
Sambil mengutip beras, Marni terkejut dengan sosok yang ada di depannya.
Ternyata orang itu adalah seorang bapak lurah yang dari tadi siang berada di gudang untuk mendata beras yang masuk pada hari ini. Dengan rasa malu, Marni menjawab dengan bicara yang terbata-bata.
“Eeee, ini pak. Lagi mengutip beras yang berjatuhan di lantai, pak.”
Dengan, perasaan heran pak lurah beranggapan bahwa Marni adalah seseorang yang bekerja sebagai tukang kebersihan di gudang itu.
“Ooo, ibu yang bekerja untuk kebersihan di gudang ini ya, bu ?”
Dengan mata yang brkaca-kaca.
“Bukan pak. Saya cuma mengutip beras yang jatuh untuk dibawa pulang pak.”
Mendengarkan pernyataan dari Marni, membuat pak lurah semakin tidak mengerti, apa maksud dari seorang wanita yang ada di gudang sambil mengutip beras yang telah jatuh ke lantai kotor itu.
“Dibawa pulang, untuk apa bu ?” Tanya pak lurah dengan rasa ingin tahu yang semakin menjadi-jadi.
“Dari beras yang saya kumpulkan ini, nantinya akan saya gunakan untuk makan saya dan keluarga saya di rumah hari ini, pak.”
Mendengar perkataan itu, pak lurah hanya terdiam tanpa kata, dia tidak bisa membayangkan bagaimana suasana keluarga Marni yang ada di rumah.
“Nama ibu siapa ?
“Marni pak.”
Beranjak sejenak dan mengambil sekantung beras berisi 15 kilogram.
“Baik buk Marni, ini bu ambil dan pulanglah sekarang. Mungkin keluarga ibu sudah menunggu di rumah.

***

Contoh Soal Fisika Tentang Pipa Organa


tamrenhasibuan.blogspot.com

1. Sebuah pipa organa terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 900 Hz. Tentukan besar frekuensi dari :
a. Nada atas pertama
b. Nada atas kedua
c. Nada atas ketiga

Pembahasan »
Perbandingan nada-nada pada pipa organa terbuka (POB) memenuhi :
fo : f1 : f2 : f3 : ..... = 1 : 2 : 3 : 4 : .....
dengan:
fo : frekuensi nada dasar
f1 : frekuensi nada atas pertama
f2 : frtekuensi nada atas kedua
dan seterusnya.

a. Nada atas pertama ( f1 )
f1 / fo = 2/1
f1 = 2 × fo = 2× 900 Hz = 1800 Hz

b. Nada atas kedua ( f2)
f2/ fo = 3 / 1
f2 = 3 × fo = 3 × 900 Hz = 2.700 Hz

c. Nada atas ketiga ( f3 )
f3/ fo = 4 / 1
f3 = 4 × fo = 4 × 900 Hz = 3.600 Hz


2. Sebuah pipa organa tertutup salah satu ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 760 Hz. Tentukan besar frekuensi dari :
a. Nada atas pertama
b. Nada atas kedua
c. Nada atas ketiga

Pembahasan »

Perbandingan nada-nada pada pipa organa tertutup (POT) memenuhi :
fo : f1 : f2 : f3 : ..... = 1 : 3 : 5 : 7 : .....
dengan:
fo : frekuensi nada dasar
f1 : frekuensi nada atas pertama
f2 : frtekuensi nada atas kedua

a. Nada atas pertama ( f1 )
f1 / fo = 3/1
f1 = 3 × fo = 3 × 760 Hz = 2280 Hz

b. Nada atas kedua ( f2 )
f2/ fo = 5 / 1
f2 = 5 × fo = 5 × 760 Hz = 3800 Hz

c. Nada atas ketiga ( f3 )
f3/ fo = 7 / 1
f3 = 7 × fo = 7 × 760 Hz = 5320 Hz



3. Sebuah pipa organa tertutup memiliki panjang 25 cm. Jika cepat rambat bunyi di udara adalah 340 m/s, tentukan frekuensi pipa organa saat :
a. terjadi nada dasar
b. terjadi nada atas kedua

Pembahasan »

Data: Pipa Organa Tertutup
L = 25 cm = 0,25 m
ν = 340 m/s
a. fo = .....? Hz
b. f2 = .....? Hz

Rumus :
f = ν / λ

a. Saat terjadi nada dasar, pada pipa sepanjang L terjadi 1/4 gelombang.
L = 1/4
λ atau λ = 4L = 4 (0,25) = 1 m

Sehingga:
fo =
ν / λ = 340 / 2 = 170 Hz
b. Saat terjadi nada atas kedua, pada pipa sepanjang L terjadi 5/4 gelombang.
L = 5/4
λ atau λ = 4/5 L = 4/5 (0,25) = 0.2 m

Sehingga:
f2 =
ν / λ = 340 / 0,4 = 850 Hz

4. Sebuah pipa organa terbuka memiliki panjang 80 cm. Jika cepat rambat bunyi di udara adalah 340 m/s, tentukan frekuensi pipa organa saat terjadi nada atas kedua

Pembahasan »
Data: Pipa Organa Terbuka
L =  80 cm = 0.8 m
ν  =  340 m/s
f2 = .....? Hz
Saat terjadi nada atas kedua, pada pipa organa sepanjang L terbentuk satu setengah atau 3/2 gelombang,
L = 3/2
λ atau λ = 2/3 L = 2/3 × 0,8 = 0,5 m

Sehingga:
f2 =
ν / λ = 340 / 0,4 = 850 Hz

5. Sebuah pipa dari bambu panjangnya 20 cm, dan pipa tersebut merupakan organa terbuka dengan cepat rambat 320 m/s. Tentukan panjang gelombang dan frekuensi nada dasar kedua saat ditiup.
Data : Pipa Organ Terbuka
L = 20 cm = 0.2 m
ν = 320 m/s
λ = …..?
f2 = .....? Hz
λ = 2/3 L = 2/3 × 0.2 = 0.13 m
f2 = 3 ν/2L = 3 × 320/2 × 0.2 = 2400 Hz
6.   Sebuah pipa organa terbuka panjangnya 60 cm dengan cepat rambat udara 300 m/s. Tentukan panjang gelombang dan frekuensi nada keempat.
Data : Pipa Organa Terbuka
L = 60 cm = 0.6 m
 ν : 300cm/s
λ = …..?
f2 = …..?
λ = 2/5 L = 2/5 3 × 0.6 = 0.24 m
f2 = 5ν/2L = 5 × 300/2 × 0.6 = 1250 Hz